Senin, 03 Oktober 2016

Mereka Yang Sok Benar

Kemarin mbakku bercerita kepada saya, saat asik menggoreng jajanan untuk dititipkan ke warung dekat rumah. Dia bercerita tentang 2 temannya yang mendoktrin seseorang, yang mana orang itu banyak disebut oleh masyarakat sebagai Kyai, sebut saja Kyai itu sebagai Kyai A kali ini.

Dari situ saya mulai mendengarkan ceritanya yang satu ini dengan lebih teliti, walaupun sebelumnya dia sudah nyerocos ngalor ngidul. Dia mulai merembet bahasannya tentang Kyai A itu karena memang setiap sehabis subuh, keluargaku sering menyalakan radio yang menyiarkan ceramah Kyai kondang tersebut sembari melakukan aktivitas masing-masing.

Mbakku yang dari cara menyampaikan ceritanya terlihat sangat tidak setuju dengan pendapat temannya itu berkata, “ wingi lo La, Bu Y karo Bu B ngomong nek Kyai A ki wonge gawe pil (narkoba)”, yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih maksutnya begini “ kemarin lo La, Bu Y dan Bu B bilang kalau Kyai A itu pemakai narkotika”. Sontak aku yang masih mengantuk melihat kearahnya dengan tatapan mengemis kelanjutan cerita itu sambil berkata “ terus wonge weroh po pas Kyai A gawe?” -- terus orang itu tau saat Kyai A menggunakan (narkotika)?—(oke setelah ini saya akan menuliskan percakapan saya dengan mbakku menggunakan Bahasa Indonesia.)

Mbakku melanjutkan ceritanya, “pastinya enggak, paling juga kabar angin yang dibuat oleh orang yang tidak suka Kyai A. Keterlaluan to, La.”, lalu aku menyahut “iya, mereka ya siapa kok berani benar, menuding orang tanpa tau kebenarannya. Lagian yang mereka gunjing itu Kyai lo, kok ya bisa-bisanya”.

Mbakku menambah : “kata mereka, Kyai A itu memakai (narkoba), makanya kalau menyampaikan ceramahnya sering mengucapkan kata-kata yang kurang pantas didengar. Kasar dan sedikit menyinggung hal-hal yang tabu dibicarakan di depan umum”. Saya menyahutnya lagi, “ lho, bagaimana sih temanmu itu, coba saja dilihat respon para jama’ahnya, mereka akan lebih semangat mengikuti pengajian/ceramah Kyai A dibandingkan mendengarkan pengajian/ceramah yang melulu menjejal mereka dengan dalil-dalil naqli. Karena jama’ah dari Kyai A memang banyak dari kalangan orang awam, dan pasti akan berbeda jika yang Beliau hadapi adalah orang-orang yang ilmunya sudah tuinggi-tinggi, pandai mengaji dan hafal buanyak dalil. Hm. Ya Alloh gustii !”.

Saat ku ungkapkan pendapatku dengan mata yang tidak mau mengantuk lagi itu, rasanya saya ingin ada diposisi mbakku saat 2 temannya membual tanpa bukti. Saya sedikit gemes dengan orang-orang macam mereka ini. Kenapa sih harus menggunakan fitnah ketika tidak menyukai seseorang? Toh mereka juga dapat apa? Bangga? Puas?.

Memang benar, Kyai A menggunakan bahasa yang kasar ( menurut saya itu hanya untuk sebagian orang, kan relatif juga). Tapi, kenapa tidak terpikir oleh orang yang menebar fitnah tersebut, bahwa Beliau pasti sudah memikirkan matang-matang apa saja yang Beliau sampaikan untuk jama’ahnya. Beliau pasti sudah menyaringnya sebaik mungkin dengan banyak pertimbangan. Tujuan Beliau adalah meluruskan akhlak dengan pelan-pelan, tidak dok nyeng begitu saja.

Beliau ingin jama’ah yang hadir mengais ilmu dari pengajian itu, mendapat nilai kehidupan yang dengan mudah terserap oleh mereka (para jama’ah) tanpa menggunakan bahasa yang muluk-muluk, alias menggunakan bahasa yang memasyarakat. Sedangkan mereka notabene adalah masyarakat yang berpendidikan rendah dan sudah banyak masalah hidup yang membuat mereka lelah dan jengah.

Boro-boro untuk menelaah semua dalil untuk di-implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk selalu istiqomah mengucap doa masuk kamar mandi, doa bangun tidur, doa naik kendaraan, dan amalan-amalan baik yang sederhana lainnya saja mereka perlu cara yang halus dan kontinyu.

Mereka bukan masyarakat dari kaum intelek, yang ketika diberi dalil ABC langsung dapat menyerap inti ajarannya, yang ketika ayat-ayat Tuhan di lantunkan dapat otomatis tersentuh hatinya. Walaupun memang ADA, kaum yang dikehendaki Tuhan untuk menerima kemudahan ajaranNya.

Jadi, Kyai A menggunakan bahasa semacam bahasa kasar seperti yang disuarakan oleh 2 teman mbakku tadi, memang untuk mempermudah tersampainya ajaran-ajaran yang terkandung dalam dalil-dalil. Beliau merendahkan bahasanya ketika bersama dengan jama’ah yang awam dan perlu banyak bimbingan itu. Sekalipun Beliau merendahkan bahasanya, jama’ah tidak akan merendahkan kedudukannya sebagai seorang Kyai. Karena memang orang-orang yang memiliki ilmu derajatnya lebih tinggi.

Kita pasti sudah banyak mendengar dan mengetahui tentang kisah-kisah Wali Songo yang tersohor di tanah Jawa tercinta ini. Beliau semua adalah sebagian dari banyak ulama’ tanah air yang menyerahkan semua hidupnya untuk penyebaran ajaran Islam di negri kita ini, yang khususnya kawasan Pulau Jawa.

Beliau semua tidak diragukan lagi adalah orang-orang dengan ilmu yang tinggi, kedudukannya di mata Tuhan-pun jauh lebih tinggi dari kedudukan kita. Beliau semua memahami banyak dalil dan hadits, mempelajari banyak kitab dan mengatamkannya, tapi tak ada satupun ajarannya yang melulu menggunakan dalil dengan langsung menyampaikannya menggunakan bahasa Arab layaknya dakwah orang didaerah Timur Tengah. Karena Beliau semua tau sedang berhadapan dengan siapa saat itu. Apakah dengan masyarakat awam dan ndeso/kolot? Atau dengan masyarakat yang intelektualitasnya selangit?.

Kita semua pasti mengetahui apa jawabannya. Dan masih patutkah kita (yang mengucap doa bangun tidur saja sering lupa) untuk menilai kinerja Beliau sekalian? Bahasa jawanya, “Kowe lo sopo?”. Bahkan untuk menebar fitnah keji macam cerita yang disampikan mbakku tadi. Atau, mereka yang memfitnah itu memang sudah merasa lebih tinggi ilmunya. Semoga saya dan kita semua diampuni dan diselamatkan oleh Tuhan kita. Aamiin.


#OneDayOnePost

eL's

Kediri, 3 Oktober 2016

4 komentar:

  1. Huft, Bisik-bisik tetangga ....

    Terimakasih telah mengingatkan agar lebih menjaga lisan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbaak... saya gemes bangeeet sama yang suka gitu2

      Hapus
  2. Keren tulisannya.
    Cah Kediri to?
    Jaga trs semangat ini hingga 4 bln kedepan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya asal Kediri mas.. masnya mana?? kediri juga kah?? salam kenal ya.. (:

      ternyata odop sampai 4bulan ya lamanya? hahaha.. alhamdulillaaaaah,,, :D

      Hapus